Beranda | Artikel
Tidak Meyakini Allah di Atas Langit Berarti Telah Menyalahi Fitroh dan Akal Sehat
Selasa, 14 April 2009

Alhamdullillahilladzi hamdan katsiron thoyyiban mubarokan fiih kamaa yuhibbu robbuna wa yardho. Allahumma sholli ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.

Fitroh Pun Tidak Bisa Memungkiri Keberadaan Allah Di Atas Seluruh Makhluk-Nya

Selain dari pembuktian-pembuktian dari Al Quran, hadits, perkataan sahabat, dan perkataan para ulama, kita juga dapat melihat bahwa secara fitroh, manusia juga sudah mengetahui keberadaan Allah di atas seluruh makhluk-Nya yaitu ketika seorang hamba itu berdo’a. Seluruh makhluk setiap kali berdo’a secara tabi’at dan jika hatinya adalah hati yang jernih (selamat) pasti akan mengangkat tangan ketika berdo’a lalu telapak tangannya diarahkan ke arah atas. Hal ini dilakukan dalam rangka merendahkan dirinya pada Allah. Inilah fitroh manusia, selalu menengadahkan tangannya ke arah atas ketika berdo’a. Inilah fitroh manusia. Lihatlah kisah berikut yang menceritakan bahwa fitroh manusia tidaklah mungkin mengingkari Allah berada di atas.

Diceritakan oleh Ibnu Abil ‘Izz bahwa Muhammad bin Thohir Al Maqdisi menceritakan bahwa gurunya Abu Ja’far Al Hamadzaniy hadir di majelis Al Ustadz Abul Ma’aliy Al Juwainiy –yang terkenal dengan Al Haromain-. Al Juwainiy berbicara mengenai peniadaan sifat ‘uluw (ketinggian dzat bagi Allah). Beliau mengatakan, “Allah itu ada namun bukan di atas ‘Arsy. Allah sekarang ada sesuai dengan tempat-Nya.” Lantas Abu Ja’far mengatakan, “Sampaikanlah pada kami wahai guru, kenapa muncul keraguan dalam hati kami ini?” Seorang yang arif ketika berdo’a kepada Allah dengan menyaut : “Ya Allah”, pasti hatinya meyakini bahwa Allah berada di atas sana, hatinya tidak mungkin menoleh ke kanan dan ke kiri. Bagaimana kami menghilangkan keraguan yang terbetik dalam hati kami ini? Setelah itu Abul Ma’aliy malah memukul (menampar) kepalanya, kemudian dia turun. Kemudian dia menangis. Lantas Abul Ma’aliy mengatakan, “Wahai Al Hamadzaniy, aku sebenarnya dalam keadaan bingung! Aku sebenarnya dalam keadaan bingung!” Al Hamadzaniy memaksudkan bahwa ini adalah fitroh yang telah ditetapkan oleh Allah pada hamba-Nya yang mereka tidak dapati hal ini pada guru-gurunya. Mereka mendapati dalam hatinya ketika berdo’a pasti hatinya akan menghadap Allah yang berada di atas seluruh makhluk-Nya. (Syarh Al Aqidah Ath Thohawiyah, 2/445-446)

“Adapun secara fithroh: Allah Ta’ala telah menetapkan pada seluruh makhluk baik yang Arab maupun non Arab, sampai pun hewan ternak, mereka semua mengimani ketinggian Allah (di atas seluruh makhluk-Nya). Tidaklah setiap hamba mengarahkan do’anya atau menujukan ibadah kepada Rabbnya melainkan kita akan melihat dengan pasti bahwa mereka akan meminta pada Dzat yang berada di ketinggian dan orang-orang ini akan mengarahkan hati mereka ke langit. Dalam keadaan ibadah seperti ini tidaklah mungkin mereka menoleh ke kanan dan ke kiri. Tidaklah mungkin mereka berpaling dari konsekuensi fitroh ini kecuali orang yang telah disesatkan oleh setan dan hawa nafsu.” (Fathu Robbil Bariyyah, hal. 29)

Akal pun Membenarkan Allah Di Atas Seluruh Makhluk-Nya

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Adapaun logika (akal) secara tegas menyatakan bahwa wajib bagi dzat Allah berada di atas seluruh makhluk-Nya. Dan ini dilihat dari dua tinjauan:

Tinjauan pertama; Al ‘uluw (sifat ketinggian) adalah sifat yang sempurna. Wajib bagi Allah memiliki sifat kesempurnaan secara mutlak dari segala sisi. Oleh karena itu, sifat al ‘uluw (ketinggian dzat-Nya) wajib ada pada Allah Ta’ala.

Tinjauan kedua; Lawan dari al ‘uluw (sifat ketinggian) adalah as sufla (sifat rendah). Kerendahan adalah sifat kekurangan. Dan Allah Ta’ala tersucikan (terbebaskan) dari sifat kekurangan. Oleh karena itu, wajib bagi kita mensucikan Allah dari as sufla (sifat kerendahan) dan kita harus menetapkan lawannya yaitu al ‘uluw (sifat ketinggian). (Fathu Robbil Bariyyah, hal. 24)

Setelah menyebutkan lima macam dalil yaitu Al Qur’an, As Sunnah, ijma’ Ahlus Sunnah, fitroh, dan akal; Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Inilah lima dalil, semua dalil tersebut menetapkan bahwa Dzat Allah berada di atas seluruh makhluk-Nya.” (Fathu Robbil Bariyah, 29)

Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.

Baca Juga:

****

19 Rabi’ul Akhir 1430 H Yang selalu mengharapkan ampunan dan rahmat Allah Muhammad Abduh Tuasikal


Artikel asli: https://rumaysho.com/278-tidak-meyakini-allah-di-atas-langit-berarti-telah-menyalahi-fitroh-dan-akal-sehat.html